Perbedaan Saham Dan Obligasi Investasi Mana yang Tepat?
Perbedaan Saham Dan Obligasi merupakan hal fundamental yang harus dipahami sebelum berinvestasi di pasar modal. Saham dan obligasi, dua instrumen investasi yang populer, menawarkan profil risiko dan potensi keuntungan yang berbeda. Memahami perbedaan mendasar keduanya akan membantu Anda membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan sesuai dengan profil risiko serta tujuan keuangan Anda.
Investasi saham mewakili kepemilikan sebagian kecil dari sebuah perusahaan, menawarkan potensi keuntungan tinggi namun juga disertai risiko yang signifikan. Sebaliknya, obligasi merupakan pinjaman yang diberikan kepada penerbit (pemerintah atau perusahaan), memberikan pengembalian yang lebih stabil namun dengan potensi keuntungan yang lebih rendah. Artikel ini akan menguraikan perbedaan kunci antara saham dan obligasi, meliputi risiko, keuntungan, mekanisme perdagangan, dan pertimbangan dalam memilih instrumen investasi yang tepat.
Perbedaan Saham dan Obligasi
Saham dan obligasi merupakan dua instrumen investasi yang populer di pasar modal. Meskipun keduanya menawarkan potensi keuntungan, keduanya memiliki karakteristik yang sangat berbeda, melibatkan risiko yang berbeda pula, dan cocok untuk profil investor yang berbeda. Memahami perbedaan mendasar antara saham dan obligasi sangat penting sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi di salah satunya.
Pengertian Saham
Saham mewakili kepemilikan sebagian kecil dari sebuah perusahaan. Dengan membeli saham, Anda menjadi pemegang saham dan berhak atas sebagian keuntungan perusahaan tersebut. Keuntungan ini biasanya didapatkan melalui dividen (pembagian laba) dan kenaikan harga saham (capital gain) ketika Anda menjual saham tersebut di pasar sekunder. Contoh perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
Pengertian Obligasi
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh suatu entitas, baik perusahaan maupun pemerintah, untuk mendapatkan dana. Dengan membeli obligasi, Anda meminjamkan uang kepada penerbit obligasi dan akan menerima pembayaran bunga secara berkala serta pengembalian pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. Contoh penerbit obligasi di Indonesia antara lain pemerintah Indonesia (melalui Surat Berharga Negara atau SUN) dan berbagai perusahaan besar yang terdaftar di BEI.
Perbandingan Singkat Saham dan Obligasi
Saham mewakili kepemilikan, sementara obligasi mewakili hutang. Saham memiliki potensi keuntungan yang lebih tinggi tetapi juga risiko yang lebih besar dibandingkan obligasi. Obligasi umumnya memberikan pengembalian yang lebih stabil dan terprediksi, namun potensi keuntungannya lebih rendah.
Tabel Perbandingan Saham dan Obligasi
Karakteristik | Saham | Obligasi |
---|---|---|
Kepemilikan | Kepemilikan sebagian perusahaan | Kreditor bagi penerbit |
Risiko | Tinggi | Rendah (relatif) |
Potensi Keuntungan | Tinggi (potensi capital gain dan dividen) | Sedang (bunga tetap dan pengembalian pokok) |
Keuntungan Berupa | Dividen dan capital gain | Bunga dan pengembalian pokok |
Ilustrasi Kepemilikan Saham dan Obligasi
Bayangkan Anda membeli saham PT ABC. Anda kini menjadi bagian kecil dari PT ABC, berhak atas sebagian keuntungannya, dan ikut merasakan dampak baik maupun buruk dari kinerja perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika Anda membeli obligasi PT ABC, Anda seperti meminjamkan uang kepada PT ABC. PT ABC wajib membayar bunga kepada Anda secara berkala dan mengembalikan pokok pinjaman pada tanggal jatuh tempo.
Anda tidak memiliki bagian dalam kepemilikan perusahaan, tetapi memiliki hak untuk menerima pembayaran sesuai kesepakatan.
Risiko dan Keuntungan Saham dan Obligasi
Investasi, baik saham maupun obligasi, menawarkan potensi keuntungan finansial, namun juga disertai risiko. Memahami profil risiko dan imbalan masing-masing instrumen investasi sangat penting sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Perbedaan mendasar dalam hal risiko dan keuntungan ini akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini.
Risiko Investasi Saham
Investasi saham memiliki potensi keuntungan yang tinggi, namun juga berisiko tinggi. Ketidakpastian pasar merupakan faktor utama yang mempengaruhi nilai saham. Berikut beberapa jenis risiko yang melekat pada investasi saham:
- Risiko Pasar: Fluktuasi harga saham yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi makro, seperti inflasi, suku bunga, dan sentimen investor global. Penurunan harga saham secara umum dapat mengakibatkan kerugian.
- Risiko Perusahaan: Risiko yang terkait dengan kinerja perusahaan itu sendiri, seperti penurunan pendapatan, kerugian operasional, atau bahkan kebangkrutan. Risiko ini dapat mengakibatkan penurunan harga saham atau bahkan kehilangan seluruh investasi.
- Risiko Likuiditas: Risiko kesulitan menjual saham dengan cepat pada harga yang diinginkan, terutama untuk saham yang kurang likuid atau diperdagangkan di pasar yang kurang aktif.
- Risiko Sistemik: Risiko yang berkaitan dengan krisis keuangan global atau peristiwa tak terduga yang dapat mempengaruhi seluruh pasar saham.
Keuntungan Investasi Saham
Meskipun berisiko, investasi saham menawarkan potensi keuntungan yang signifikan. Keuntungan utama berasal dari apresiasi harga saham dan dividen.
- Apresiasi Harga: Kenaikan harga saham di pasar sekunder. Jika harga saham meningkat di atas harga beli, investor akan memperoleh keuntungan saat menjual saham tersebut.
- Dividen: Sebagian perusahaan membagikan sebagian keuntungannya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Dividen memberikan arus kas reguler kepada investor.
Risiko Investasi Obligasi, Perbedaan Saham Dan Obligasi
Obligasi umumnya dianggap lebih aman daripada saham, tetapi tetap memiliki risiko. Risiko utama yang terkait dengan investasi obligasi adalah:
- Risiko Gagal Bayar (Default): Risiko bahwa penerbit obligasi tidak mampu membayar bunga atau pokok pinjaman sesuai jadwal yang telah disepakati. Risiko ini lebih tinggi untuk obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan peringkat kredit rendah.
- Risiko Suku Bunga: Perubahan suku bunga pasar dapat mempengaruhi harga obligasi. Jika suku bunga naik, harga obligasi yang ada akan turun, dan sebaliknya.
- Risiko Inflasi: Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli dari pendapatan bunga obligasi, sehingga mengurangi keuntungan riil investor.
- Risiko Likuiditas: Mirip dengan saham, obligasi tertentu mungkin sulit dijual dengan cepat, terutama obligasi yang kurang likuid.
Keuntungan Investasi Obligasi
Investasi obligasi menawarkan keuntungan yang lebih stabil dibandingkan saham, meskipun potensi keuntungannya lebih rendah. Keuntungan utama dari obligasi adalah:
- Pendapatan Bunga Reguler: Obligasi memberikan pendapatan bunga tetap secara periodik, memberikan arus kas yang stabil kepada investor.
- Pengembalian Pokok Pinjaman: Pada saat jatuh tempo, investor akan menerima kembali pokok pinjaman yang telah diinvestasikan.
- Relatif Aman: Obligasi pemerintah umumnya dianggap sebagai investasi yang relatif aman karena didukung oleh pemerintah.
Perbandingan Risiko dan Keuntungan Saham vs Obligasi
Berikut perbandingan singkat risiko dan keuntungan saham dan obligasi:
Karakteristik | Saham | Obligasi |
---|---|---|
Potensi Keuntungan | Tinggi | Rendah hingga Sedang |
Risiko | Tinggi | Rendah hingga Sedang |
Volatilitas | Tinggi | Rendah |
Pendapatan | Dividen (tidak pasti) dan apresiasi harga | Bunga tetap dan pengembalian pokok |
Mekanisme Perdagangan Saham dan Obligasi: Perbedaan Saham Dan Obligasi
Berinvestasi di pasar modal melibatkan dua instrumen utama: saham dan obligasi. Masing-masing memiliki mekanisme perdagangan yang berbeda, mempengaruhi kecepatan transaksi, kompleksitas proses, dan biaya yang terlibat. Memahami perbedaan ini krusial bagi investor untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
Proses Pembelian dan Penjualan Saham di Pasar Modal
Pembelian dan penjualan saham dilakukan melalui bursa efek. Investor biasanya menggunakan jasa pialang atau broker yang terdaftar di bursa. Prosesnya dimulai dengan membuka rekening investasi, lalu memberikan instruksi pembelian atau penjualan saham kepada broker. Broker kemudian akan mengeksekusi instruksi tersebut di bursa, mencocokkan pesanan beli dan jual dari investor lain. Setelah transaksi selesai, kepemilikan saham akan tercatat di rekening investor.
Kecepatan transaksi saham umumnya relatif cepat, biasanya dalam hitungan detik hingga menit, bergantung pada likuiditas saham tersebut.
Mekanisme Pembelian dan Penjualan Obligasi
Perdagangan obligasi dapat dilakukan melalui bursa efek atau di pasar luar bursa (over-the-counter/OTC). Untuk obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan besar, seringkali terdapat proses lelang yang dilakukan terlebih dahulu. Dalam lelang, investor mengajukan penawaran harga untuk obligasi yang akan diterbitkan. Pemenang lelang adalah investor yang mengajukan harga tertinggi. Setelah lelang, obligasi akan diperdagangkan di pasar sekunder, baik melalui bursa efek maupun pasar OTC.
Transaksi obligasi di pasar OTC cenderung lebih rumit dan membutuhkan negosiasi langsung antara pembeli dan penjual, sehingga prosesnya dapat lebih lama dibandingkan dengan transaksi saham.
Perbandingan Kecepatan dan Kompleksitas Transaksi Saham dan Obligasi
Secara umum, transaksi saham lebih cepat dan sederhana dibandingkan dengan transaksi obligasi. Transaksi saham dilakukan secara elektronik di bursa efek, dengan proses yang terstandarisasi dan transparan. Sebaliknya, transaksi obligasi, terutama di pasar OTC, dapat melibatkan negosiasi harga dan persyaratan yang lebih kompleks, sehingga prosesnya lebih memakan waktu.
Perbedaan biaya transaksi antara saham dan obligasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk biaya broker, biaya bursa, dan biaya lainnya. Secara umum, biaya transaksi saham cenderung lebih rendah dibandingkan dengan obligasi, terutama untuk obligasi yang diperdagangkan di pasar OTC. Namun, ini dapat bervariasi tergantung pada jenis obligasi, jumlah yang diperdagangkan, dan broker yang digunakan.
Likuiditas Saham dan Obligasi
Likuiditas mengacu pada kemudahan suatu aset untuk dikonversi menjadi uang tunai. Saham umumnya lebih likuid dibandingkan obligasi, terutama saham yang diperdagangkan di bursa efek yang aktif. Sebagai contoh, saham perusahaan besar yang tercatat di bursa saham utama biasanya mudah dijualbelikan dengan cepat dan harga yang relatif stabil. Sebaliknya, beberapa jenis obligasi, khususnya obligasi korporasi dengan peringkat kredit rendah atau obligasi yang diperdagangkan di pasar OTC, mungkin sulit dijual dengan cepat dan harga yang menguntungkan.
Jika seorang investor perlu menjual obligasi tersebut secara cepat, ia mungkin harus menerima harga yang lebih rendah daripada harga pasar.
Peran Saham dan Obligasi dalam Portofolio Investasi
Saham dan obligasi merupakan dua instrumen investasi yang berbeda namun saling melengkapi. Pemahaman tentang peran masing-masing dalam membangun portofolio investasi yang seimbang sangat krusial untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Baik saham maupun obligasi memiliki karakteristik risiko dan return yang unik, sehingga kombinasi keduanya dapat meminimalisir risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan.
Kontribusi Saham pada Pertumbuhan Portofolio Jangka Panjang
Saham, sebagai representasi kepemilikan sebagian kecil perusahaan, menawarkan potensi pertumbuhan modal yang signifikan dalam jangka panjang. Keuntungan diperoleh melalui peningkatan nilai saham (capital gain) dan dividen yang dibagikan perusahaan. Meskipun berisiko tinggi karena fluktuasi harga yang signifikan, saham secara historis memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan obligasi, menjadikannya tulang punggung portofolio investasi jangka panjang bagi investor yang memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi.
Pertumbuhan ekonomi yang positif dan kinerja perusahaan yang baik akan mendorong peningkatan harga saham dan memberikan keuntungan bagi investor.
Peran Obligasi dalam Diversifikasi Risiko Portofolio
Obligasi, yang merupakan instrumen utang, menawarkan karakteristik yang berlawanan dengan saham. Obligasi cenderung lebih stabil dan memberikan return yang lebih rendah namun lebih konsisten. Investasi dalam obligasi membantu mengurangi volatilitas portofolio, karena cenderung bergerak berlawanan arah dengan saham dalam kondisi pasar yang bergejolak. Dengan demikian, obligasi berperan sebagai penyeimbang risiko dalam portofolio investasi, memberikan stabilitas dan mengurangi potensi kerugian akibat penurunan harga saham.
Contoh Alokasi Aset Portofolio yang Ideal
Alokasi aset yang ideal bergantung pada profil risiko investor dan jangka waktu investasi. Sebagai contoh, portofolio yang konservatif mungkin mengalokasikan 20% untuk saham dan 80% untuk obligasi. Portofolio moderat dapat mengalokasikan 50% untuk saham dan 50% untuk obligasi. Sementara portofolio agresif dapat mengalokasikan 80% untuk saham dan 20% untuk obligasi. Rasio ini hanyalah contoh, dan alokasi yang tepat perlu disesuaikan dengan kondisi pasar dan tujuan investasi individu.
Profil Risiko | Saham (%) | Obligasi (%) |
---|---|---|
Konservatif | 20 | 80 |
Moderat | 50 | 50 |
Agresif | 80 | 20 |
Pentingnya Diversifikasi Antara Saham dan Obligasi
Diversifikasi antara saham dan obligasi merupakan strategi pengelolaan risiko yang efektif. Dengan mengalokasikan investasi di berbagai kelas aset, investor dapat mengurangi dampak negatif dari kinerja buruk suatu aset tertentu. Jika saham mengalami penurunan, obligasi yang lebih stabil dapat membantu mengurangi kerugian keseluruhan portofolio, dan sebaliknya. Hal ini memastikan portofolio tetap terjaga dan mampu mencapai tujuan investasi jangka panjang, meskipun kondisi pasar sedang tidak menguntungkan.
Strategi Alokasi Aset Berdasarkan Profil Risiko
Strategi alokasi aset yang tepat harus disesuaikan dengan profil risiko investor. Investor dengan profil risiko konservatif lebih menyukai keamanan dan stabilitas, sehingga proporsi obligasi yang lebih tinggi direkomendasikan. Investor moderat akan menyeimbangkan potensi pertumbuhan dengan stabilitas, sementara investor agresif akan lebih berfokus pada potensi pertumbuhan jangka panjang, meskipun dengan risiko yang lebih tinggi. Penting untuk diingat bahwa setiap strategi memiliki trade-off antara risiko dan return.
- Investor Konservatif: Mencari keamanan dan stabilitas. Alokasi aset yang lebih tinggi pada obligasi pemerintah dan instrumen investasi berisiko rendah lainnya.
- Investor Moderat: Menyeimbangkan pertumbuhan dan keamanan. Alokasi aset yang seimbang antara saham dan obligasi, dengan diversifikasi di berbagai sektor dan jenis obligasi.
- Investor Agresif: Mencari pertumbuhan modal yang tinggi. Alokasi aset yang lebih tinggi pada saham, termasuk saham pertumbuhan dan saham berkapitalisasi kecil, dengan toleransi risiko yang lebih tinggi.
Pertimbangan dalam Memilih Saham atau Obligasi
Memilih antara investasi saham dan obligasi merupakan keputusan penting yang bergantung pada profil risiko, tujuan keuangan, dan jangka waktu investasi Anda. Memahami perbedaan mendasar antara keduanya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian dan risiko, sangat krusial untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Berinvestasi di Saham
Investasi saham menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan obligasi, tetapi juga disertai risiko yang lebih besar. Sebelum berinvestasi di saham, beberapa faktor penting perlu dipertimbangkan:
- Toleransi Risiko: Seberapa besar Anda mampu menerima potensi kerugian? Saham bersifat volatil, artinya harganya dapat berfluktuasi secara signifikan dalam jangka pendek.
- Jangka Waktu Investasi: Investasi saham idealnya dilakukan dalam jangka panjang untuk memaksimalkan potensi keuntungan dan meminimalkan dampak volatilitas jangka pendek.
- Pengetahuan Pasar Saham: Memahami fundamental perusahaan, analisis teknikal, dan tren pasar sangat penting untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
- Diversifikasi: Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Diversifikasi portofolio saham Anda ke berbagai sektor dan perusahaan dapat mengurangi risiko.
- Biaya Transaksi: Pertimbangkan biaya komisi broker dan biaya lainnya yang terkait dengan pembelian dan penjualan saham.
Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Berinvestasi di Obligasi
Obligasi umumnya dianggap sebagai investasi yang lebih konservatif dibandingkan saham. Namun, tetap ada faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum berinvestasi:
- Rating Kredit: Rating kredit obligasi menunjukkan kemampuan emiten untuk membayar kembali pokok dan bunga. Obligasi dengan rating kredit yang lebih tinggi umumnya memiliki risiko gagal bayar yang lebih rendah.
- Jangka Waktu Jatuh Tempo: Pilih jangka waktu jatuh tempo yang sesuai dengan tujuan investasi Anda. Obligasi jangka panjang umumnya menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi tetapi lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga.
- Suku Bunga: Suku bunga obligasi memengaruhi imbal hasil yang akan Anda terima. Pertimbangkan suku bunga saat ini dan proyeksi suku bunga di masa mendatang.
- Risiko Suku Bunga: Kenaikan suku bunga dapat menurunkan nilai obligasi, terutama obligasi jangka panjang.
- Likuiditas: Beberapa obligasi mungkin lebih sulit dijual dibandingkan yang lain, terutama obligasi korporasi yang tidak diperdagangkan secara aktif.
Tabel Perbandingan Saham dan Obligasi Berdasarkan Tujuan Investasi dan Profil Risiko
Tabel berikut merangkum pertimbangan dalam memilih antara saham dan obligasi berdasarkan tujuan investasi dan profil risiko investor:
Faktor | Saham | Obligasi |
---|---|---|
Potensi Keuntungan | Tinggi | Sedang |
Risiko | Tinggi | Rendah |
Jangka Waktu Investasi | Jangka Panjang | Jangka Pendek hingga Panjang |
Likuiditas | Umumnya Tinggi | Bervariasi |
Cocok untuk Investor | Yang memiliki toleransi risiko tinggi dan jangka waktu investasi panjang | Yang menginginkan investasi yang lebih konservatif dengan risiko rendah |
Contoh Kasus Investor dengan Tujuan Investasi Berbeda
Bayangkan dua investor dengan tujuan investasi yang berbeda. Investor A, berusia 30 tahun, memiliki toleransi risiko tinggi dan ingin membangun kekayaan dalam jangka panjang. Investor ini cocok berinvestasi di saham, terutama saham perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi. Sebaliknya, Investor B, berusia 60 tahun menjelang pensiun, memiliki toleransi risiko rendah dan membutuhkan investasi yang aman dan stabil untuk menghasilkan pendapatan pasif.
Memahami perbedaan saham dan obligasi itu penting sebelum berinvestasi. Saham mewakili kepemilikan di perusahaan, sementara obligasi adalah pinjaman kepada perusahaan atau pemerintah. Namun, ada alternatif investasi lain yang menarik, yaitu berinvestasi di pasar valuta asing atau forex, seperti yang dijelaskan di Investasi Di Pasar Forex. Keuntungan dan risiko investasi forex berbeda lagi dibandingkan saham dan obligasi, sehingga penting untuk memahami profil risiko masing-masing sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Kembali ke saham dan obligasi, perlu diingat bahwa keduanya memiliki potensi keuntungan dan kerugian yang berbeda pula, sehingga pemilihannya bergantung pada profil risiko dan tujuan investasi Anda.
Investor ini lebih cocok berinvestasi di obligasi dengan rating kredit tinggi dan jangka waktu jatuh tempo yang pendek hingga menengah.
Langkah-langkah dalam Membuat Keputusan Investasi yang Tepat
- Tentukan Tujuan Investasi: Apa tujuan keuangan Anda? Apakah Anda ingin membangun kekayaan jangka panjang, atau mencari pendapatan pasif?
- Tentukan Profil Risiko Anda: Seberapa besar Anda mampu menerima potensi kerugian?
- Tentukan Jangka Waktu Investasi: Berapa lama Anda berencana untuk berinvestasi?
- Lakukan Riset: Pelajari tentang saham dan obligasi, serta berbagai jenisnya.
- Diversifikasi Portofolio: Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang.
- Konsultasikan dengan Ahli Keuangan: Jika diperlukan, konsultasikan dengan perencana keuangan untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Akhir Kata
Kesimpulannya, pilihan antara berinvestasi di saham atau obligasi sangat bergantung pada profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu investasi Anda. Saham menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi namun dengan risiko yang lebih besar, cocok untuk investor dengan toleransi risiko tinggi dan jangka waktu investasi panjang. Obligasi, di sisi lain, memberikan stabilitas dan pengembalian yang lebih terprediksi, ideal untuk investor yang lebih konservatif atau yang membutuhkan pendapatan tetap.
Dengan memahami perbedaan mendasar antara saham dan obligasi, investor dapat membangun portofolio yang terdiversifikasi dan seimbang, meminimalkan risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan untuk mendapatkan panduan lebih lanjut dalam membuat keputusan investasi yang tepat.
Pertanyaan Umum (FAQ)
Apa perbedaan utama antara dividen saham dan kupon obligasi?
Dividen saham adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan kupon obligasi adalah pembayaran bunga tetap yang diberikan oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi.
Bisakah saya berinvestasi di saham dan obligasi secara bersamaan?
Ya, diversifikasi portofolio dengan kombinasi saham dan obligasi merupakan strategi umum untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan.
Bagaimana cara memilih broker saham dan obligasi yang tepat?
Pilih broker yang teregulasi, memiliki reputasi baik, biaya transaksi kompetitif, dan menyediakan platform perdagangan yang mudah digunakan.
Apakah ada biaya tambahan selain biaya transaksi saat berinvestasi di saham dan obligasi?
Ya, mungkin ada biaya seperti biaya administrasi, biaya penyimpanan, dan biaya lainnya tergantung pada broker dan jenis instrumen investasi.